Jumat, 15 Maret 2013

Pengajaran Makna Kata di SMA


Pengajaran Makna Kata di SMA
Dosen Pembimbing : Roziah.,S.Pd.M.A

Disusun oleh kelompok : VI
1. Yulia Fatriana
2. Rafita Rani Marenti
3. Zulfahmi
4. Rahmatang

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN BAHASA INDONESIA
JURUSAN PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
PEKANBARU
2012




KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Swt yang telah memberikan kesehatan dan kesempatan sehingga penulis bisa menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Pengajaran Makna Kata di SMA ” sesuai dengan waktu yang ditentukan.
            Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memenuhi tugas kelompok dan untuk menambah pengetahuan pembaca. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Roziah.,S.Pd.M.A selaku dosen pembimbing dan kepada semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan proposal ini.
            Mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat serta membantu dalam mempelajari tentang pengajaran makna kata di SMA. Penulis telah berusaha semaksimal mungkin dalam penyusunan makalah ini, namun jika masih terdapat kesalahan, penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca.


                                                                                    Pekanbaru, 16 Maret 2013
           

Penulis





BAB I PENDAHULUAN
1.1  Latar Belakang
            Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi. Kata berwujud dalam berbagai bentuk. Kebermacaman bentuk kata tersebut difokuskan dalam BI yang tentu saja berbeda sistemnya jika dibandingkan dengan bahasa lain didunia. Hal ini tidak mengherankan karena setiap bahasa mempunyai sistem.
            Makna adalah hubungan antara lambang bunyi dengan acuannya. Makna merupakan bentuk responsi dari stimulus yang diperoleh dalam komunikasi sesuai dengan asosiasi maupun hasil belajar yang dimiliki. Ujaran manusia itu mengandung makna yang utuh. Keutuhan makna itu merupakan perpaduan dari empat aspek, yakni pengertian (sense), perasaan (feeling), nada (tone), dan amanat (intension). Memahami aspek itu dalam seluruh konteks adalah bagian dari usaha untuk memahami makna dalam komunikasi.
            Istilah makna meskipun membingungkan, sebenarnya lebih dekat dengan kata. Sering kita berkata, apa artinya kata ini, apakah artinya kalimat ini? kalau seseorang berkata, “saya akan berangkat,” itu berarti bahwa ia siap berjalan, siap melaksanakan kegiatan atau aktivitas pindah, pindah dari satu tempat ke tempat lain, dengan jalan melaksanakan kegiatan berjalan. Dalam kehidupan sehari-hari kadang-kadang orang membaca atau mendengar kata atau kalimat yang menggunakan bahasa bukan bahasanya. Di sini, kita bukan saja berhadapan dengan makna kata, tetapi juga persoalan mengalihbahasakan. Dengan kata lain orang berurusan dengan istilah teknis untuk setiap kata yang selanjutnya mengalihbahasakan kedalam bahasanya sendiri.



1.2  Tujuan Penulisan
Adapun tujuan penulisan pada makalah ini yang berisi tentang Pengajaran Makna Kata di SMA” adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah semantik bahasa Indonesia dan untuk mengetahui tentang bagaimana pengajaran makna kata di SMA.

1.3  Manfaat Penulisan
Manfaat dari penulisan makalah ini untuk menambah pengetahuan pembaca dalam mempelajari tentang Pengajaran Makna Kata.















BAB II PEMBAHASAN
2.1 Batasan Makna
            Di dalam kamu Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1993:451) kata bermakna : (1) unsur bahasa yang diucapkan atau dituliskan yang merupakan perwujudan kesatuan perasaan dan pikiran yang dapat digunakan dalam berbahasa. Secara teknis kata adalah satuan ujaran yang berdiri sendiri yang terdapat di dalam kalimat, dapat dipisahkan, dapat ditukar, dapat dipindahkan dan mempunyai makna serta digunakan untuk berkomunikasi.
2.2 Bentuk Kata
            Bentuk kata dapat dibagi atas :
2.1.1 Bentuk dasar atau leksem yang bermakna leksikal
2.1.2 Paduan leksem
2.1.3 Bentuk berimbuhan
2.1.4 Bentuk berulang
2.1.5 Bentuk majemuk
2.1.6 Bentuk yang terikat konteks kalimat
2.1.7 Akronim
2.1.8 Singkatan
2.3 Makna dalam Leksem
            Menurut Harimurti (1989:9), “ Leksemlah yang merupakan bahan dasar yang setelah mengalami pengolahan gramatikal menjadi kata dalam subsistem gramatika. Makna dalam leksem yang dimaksud disini, yakni bentuk yang sudah dapat diperhitungkan sebagai kata. Dalam BI terdapat bentuk seperti ini: kunci, lompat, makan, pagar, tidur. Bentuk kunci dapat menghasilkan dikunci, mengunci, dan kata pagar dapat diberi imbuhan sehingga menjadi dipagari, memagari, terpagar. Jadi makna leksem disini adalah makna leksikal yang terdapat dalam leksem yang berwujud kata, yang makna leksikal adalah makna unsure bahasa sebagai lambing benda, peristiwa, dsb (KBBI,2008:864).
2.4 Makna Paduan Leksem
            Ada 3 istilah yang dibahas pada bagian ini: idiom, kata majemuk, paduan leksem. Harimurti (1989:107) mengatakan idiom adalah konstruksi yang maknanya tidak sama dengan makna komponen-komponennya. Sedangkan kata majemuk adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramatikal, dan semantik yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Makna kata majemuk bukanlah makna unsur-unsurnya, tetapi makna baru, makna lain dari unsur-unsurnya.
            Paduan leksem adalah gabungan dua leksem atau lebih yang diperhitungkan sebagai kata. Menurut Harimurti paduan leksem menjadi calon kata majemuk, konsep paduan leksem tidak sama dengan kata majemuk. Makna paduan leksem dapat dirunut dari unsur yang membentuknya.
2.5 Makna Kata Bebas
            Yang dimaksud dengan kata bebas yaitu kata-kata yang dapat berdiri sendiri dalam ujaran tanpa mendapat imbuhan atau tanpa didampingi kata yang lain. Kata bebas pada umumnya berkategori nomina. Contoh kata arang bermakna bahan bakar yang hitam warnanya dibuat atau terjadi dari bara kayu yang dipengap. Ingin diingatkan pula bahwa kata-kata bebas dapat saja maknanya bergeser apabila kata-kata tersebut berada di dalam kalimat.
2.6 Bentuk yang Mengakibatkan Makna
            Bentuk yang mengakibatkan makna di sini, yakni imbuhan. Imbuhan dalam BI belum bermakna. Karena itu, sebuah imbuhan dapat saja mengakibatkan munculnya makna yang bermacam-macam. Ambillah prefiks me-. Prefiks me- yang diletakkan pada leksem tulis, menghasilkan kata menulis yang bermakna melaksanakan aktivitas sesuai dengan yang ditunjukkan oleh leksemnya. Prefiks me- yang diletakkan leksem luas mengakibatkan makna menjadi sesuai dengan leksemnya.
2.7 Makna yang Berimbuhan
            Imbuhan itu mengakibatkan munculnya makna. Telah diketahui, imbuhan terdiri dari prefiks, infiks, sufiks, konfiks dan gabungan. Jika imbuhan itu diletakkan, baik pada leksem maupun pada kata, umumnya menghasilkan kata berimbuhan. Dalam BI terdapat kata berimbuhan berjauhan yang leksemnya jauh, mendapat imbuhan ber- dan –an. Kata berjauhan bermakna tidak berdekatan, dalam jarak jauh, dan tidak dekat hubungan.
2.8 Makna Kata Berulang
Kata berulang atau reduplikasi adalah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Contoh pohon-pohon, berlari-lari, sayur-mayur, dan sebaginya. Ada baiknya diingatkan bahwa kata ulang tidak sama dengan ulang kata. Ulangan kata adalah kata yang diulang-ulang, misalnya bukan:” Suka, suka sekali dengan baju itu! Kata suka yang diulang beberapa kali, disebut ulangan kata, sedangkan kata suka-suka dalam kalimat, “Suka-suka kamu mau pilih yang mana.” Adalah kata ulang. Makna kata suka-suka, yakni semaunya saja.
2.9 Makna Kata Majemuk
            Kata majemuk dalam segi leksikologis adalah gabungan morfem dasar yang seluruhnya berstatus sebagai kata yang mempunyai pola fonologis, gramtikal, dan semantis yang khusus menurut kaidah bahasa yang bersangkutan. Ramlan (1983:67) mengatakan kata majemuk ialah kata yang terdiri dari dua kata sebagai unsurnya .” makna yang muncul bukanlah gabungan makna pada tiap unsur, melainkan makna lain dari unsur membentuknya.
            Ada beberapa ciri yang dapat membedakan kata majemuk dengan unsur yang lainnya, yakni:
·         Tidak dapat diperluas
·         Tidak dapat disela
·         Tidak dapat diubah strukturnya
·         Tidak dapat dijauhkan.
 Tiga ciri yang membedakan kata majemuk dengan unsur yang lain:
·         Ketaktersisipan
·         Ketakterluasan
·         Ketakterbalikan
2.10  Makna Kata Terikat Konteks Kalimat
Dalam bahasa Indonesia ada kata-kata yang mempunyai makna leksikal, tetapi ada pula kata-kata yang dapat ditentukan maknanya jika kata tersebut telah berada dalam satuan yang disebut kalimat. Itu sebabnya kata-kata seperti itu disebut kata yang terikat konteks. Kata-kata seperti ini akan memiliki makna jika didampingi kata yang lain, apakah didepan atau berada dibelakang kata tersebut. Kata-kata tersebut digolongkan kedalam kata-kata tugas atau partikel.
            Makna kata yang terikat konteks kalimat dengan sendirinya harus ditelusuri ketika kata itu telah berada dalam kalimat. Beberapa kata yang terikat konteks kalimat akan segera dikemukakan maknanya berikut ini.
            Adakalanya bermakna kadang-kadang, sekali-sekali, sekali-waktu, misalnya dalam kalimat, “kehidupan di dunia ini ada kalanya senang, adakalanya susah.”
            Kata adalah bermakna : (i) identik dengan, misalnya dalam kalimat “harimau adalah kucing ukuran besar” ; (ii) sama maknanya sama dengan, misalnya dalam kalimat “Kata adalah satuan bahasa yang bermakna” ; (iii) termasuk dalam kelompok atau golongan, misalnya dalam kalimat, “saya adalah anggota MLI.” (Masyarakat Linguistik Indonesia).
Kata adapun bermakna hal, mengenai, misalnya dalam kalimat, “adapun pencuri itu telah ditangan polisi”.
Kata akan bermakna ; (i) menyatakan sesuatu yang akan terjadi, hendak, misalnya dalam kalimat, “Saya menyangka ia akan pulang” ; (ii) kepada, misalnya dalam kalimat, “Jangan lupa kepada orang tua kita!” ; (iii) mengenai, tentang, terhadap, misalnya dalam kalimat,”Uangnya dibank dibiarkannya begitu saja”; (iv) untuk, misalnya dalam kalimat “Uang ini akan aku belikan roti”.
Kata asal bermakna (i) keadaan yang semula, pangkal permulaan, misalnya dalam kalimat, “asal motor ini dibuat di Jepang”; (ii) mula-mula sekali, semula, misalnya dalam kalimat,”Batas-batasnya yang asal sudah tidak dikenal lagi”; (iii) dengan syarat, apabila, misalnya dalam kalimat, “Saya pergi asal kau beri uang”; (iv) sembarang, misalnya dalam kalimat,”Jangan asal berkata saja”; (v) yang penting, misalnya dalam kalimat,”Biar lambat asal selamat; (vi) sembarang, misalnya dalam kalimat,”Kalau bekerja jangan asal saja.”
Kata bahwa bermakna (i) kata penghubung untuk menyatakan isi atau uraian bagian kalimat yang didepan, misalnya dalam kalimat,”Saya menduga bahwa Sari tidak masuk sekolah”; (ii) kata penghubung untuk mendahului anak kalimat yang menjadi pokok kalimat, misalnya dalam kalimat,”Bahwa cerdas, tidak mengherankan.”
Kata dan bermakna sebagai penghubung, penggabung, misalnya dalam kalimat, “Roni dan Tari telah lama pacaran.”
Makna kata ke yakni kata depan untuk menandai arah atau tujuan, misalnya dalam kalimat,”Ana akan pulang ke rumah.”
Makna kata lain (i) asing, beda, tidak sama, misalnya dalam kalimat “Anggapan orang lain tidak perlu disalahkan”; (ii) tidak termasuk, misalnya dalam kalimat “Lain rasa durian montong dengan durian biasa.”
Makna kata pada, yakni (i) kata depan yang dipakai untuk menunjukkan posisi diatas atau dalam hubungan dengan, misalnya dalam kalimat “Pada awalnya saya keberatan dengan permintaan saudara”; (ii) menurut, misalnya dalam kalimat “Pada ingatannya, buku itu diletakkan diatas meja”; (iii) cukup, misalnya dalam kaliamat “pena itu ada pada Lina”.
Makna kata seperti, yakni : (i) serupa dengan, sebagai, semacam, misalnya dalam kalimat, “Jamur itu bentuknya seperti telinga”; (ii) sama halnya dengan, tidak ubahnya, misalnya dalam kalimat,”Sifatnya seperti sifat ibunya”; (iii) sebagaimana, sesuai dengan, menurut, misalnya dalam kalimat “Semuanya dilaksanakan seperti kemauanmu”; (iv) seakan-akan, seolah-olah, misalnya dalam kalimat,” seperti  tidak ada orang yang ia kenali”; (v) misalnya, umpamanya, misalnya dalam kalimat,”Ani seperti bunga mawar”; (vi) akan hal, misalnya dalam kalimat,”Seperti saya tidak perlu kau khawatirkan”.
Makna kata telah, yakni sudah, misalnya dalam kalimat, “tugas-tugas telah saya kerjakan”.
Makna kata untuk, yakni : (i) bagian, misalnya dalam kalimat,”baju ini untuk ibu”; (ii) sebab atau alasan, misalnya dalam kalimat,”untuk kecerobohannya ia harus dihukum”; (iii) tujuan atau maksud, misalnya dalam kalimat,”saya pergi ke warung untuk membeli beras”; (iv) penganti, misalnya dalam kalimat, “tikar itu dipakai untuk selimutnya”; (v) selama, misalnya dalam kalimat,”Saya pergi ke kampong halaman untuk seminggu kedepan”; dan (vi) sudah, misalnya dalam kalimat,”ibu pergi wirid akbar untuk yang kesekian kalinya”.
Makna kata yang, yakni: (i) kata yang menyatakan bahwa kata atau kalimat yang berikut diutamakan atau dibedakan dari yang lain, misalnya dalam kalimat “ orang yang rajin disayang keluarga”; (ii) kata yang menyatakan bahwa bagian kalimat yang berikutnya menjelaskan kata yang didepan, misalnya dalam kalimat “saya mendapati anak yang ditinggal ibunya dipinggir jalan”; (iii) kata yang dipakai sebagai kata pembeda, misalnya dalam kalimat :yang pintar sama yang pintar”; (iv) adapun, akan, misalnya dalam kalimat “Saya yang selalu dikucilkannya”; (v) bahwa, misalnya dalam kalimat,” Saya yakin yang utamakannya Allah”.
Beberapa kata yang terikat konteks kalimat ini memperlihatkan kenyataan bahwa maknanya hanya dpat diketahui melalui konteks kalimat. Kata-kata ini berdiri sendiri, bahkan cirri utamanya, yakni tak dapat diberikan atau dilekati imbuhan. Kata-kata ini berbeda, misalnya dengan kata meja, yang tanpa bantuan kata yang lain telah bermakna leksikal. Orang sudah dapat membayangkan meja. Tetapi kalau kata yang, apakah yang dapat dibayangkan? Dengan kata lain acuannya belum tampak. Acuan itu pun akan Nampak jika kata-kata terikat konteks kalimat itu telah berada didalam kalimat.
2.11 Makna Akronim
             Akronim adalah pemendekan dua kata atau lebih menjadi satu kata saja. Dengan kata lain akronim merupakan kata. Maknanya merupakan kepanjangan kata tersebut. Jadi, kalau kita ingin mengetahui makna akronim adpel, maka harus diketahui lebih dahulu kepanjangan akronim adpel. Kepanjangan akronim adpel adalah administrasi pelabuhan. Maknanya, jadi dipelabuhan, terutama administrasinya.
            Kelihatannya dalam bahasa Indonesia proses pembentukan akronim tidak didasarkan pada kaidah yang mengikat. Kelihatannya syarat enak dengar yang sangat menentukan. Akronim adpel terjadi dengan memendekkan, yakni mengambil suku pertama pada setiap kata.
            Ambilah akronim amdal. Bagaimanakah proses pembentukannya? Akronim amdal dipendekkan dari kata-kaa analisis mengenai dampak lingkungan. Terlihat disini huruf-huruf pertama yang diambil, kecuali pada kata dampak. Pada kata dampak, dua huruf pertama yang diambil. Lalu apakah makna akronim amdal? Maknanya, yakni kepanjangan akronim itu sendiri, analisis mengenai dampak lingkungan. Orang harus mengetahui, apakah makna dampak, dan harus mengetahui makna kata lingkungan. Kelihatannya amdal sudah merupakan ilmu tersendiri. Suatu perusahaan belum diizinkan melaksanakan kegiatan jika belum memasukkan amdal.
            Dalam bahasa Indonesia telah ada akronim aspal dan aspri. Apakah kepanjangan kedua akronim itu? Aspal kepanjangannya asli tapi palsu, dan aspri kepanjangannya asisten pribadi. Apakah maknanya? Ijazahnya aspal,”maksudnya ijazah itu asli, tetapi palsu. Kedua kata ini memiliki makna yang mengagetkan, ironis. Bagimanakah sebuah ijazah yang asli tetapi palsu.
            Akronim ini muncul setelah ada kasus di negeri ini, yakni orang yang mnunjukkan ijazahnya sebagai asli, tetapi selidik demi selidik, ih… ternyata palsu. Mengapa palsu tidak perlu dipersoalkan? Makna akronim aspal bersifat efekti, sedangkan makna akronis aspri bersifat emoti, menimbilkan rasa gembira bagi orang yang menyandangnya.
            Apakah yang dapat  disimpulkan berdasarkan uraian diatas? Kesimpulannya, yakni makna akronim adalah makna kepanjangan kata-kata yang membentuk akronim tersebut. Akronim sudah dianggap kata.

2.12 Makna Singkatan
            Berbeda dengan akronim, singkatan atau abreviasi teratur cara memendekkan kata yang menjadi unsurnya. Ambillah singkatan ABRI yang kepanjangannya adalah Angkatan Bersenjata Republik Indonesia. Pada singkatan ini diambil huruf pertama pada setiap unsure.
            Makna sinkatan harus dicari pada unsure yang membentuk singkatan. Dengan kata lain, maknanya adalah kepanjangan singkatan itu sendiri.
            Singkatan digolongkan oleh Harimurti kedalam kependekan karena menurutnya (Harimurti,1989:162-163) kependekan terdiri dari : (i) singkatan, misalnya ABRI;(ii) penggalan, misalnya prof.(professor); (iii)akronim, misalnya asbun(asal bunyi) ; (iv) kontraksi, misalnya takkan(tidak akan) ;  dan (v) lambang huruf, misalnya cm(sentimeter).
            Kadang-kadang singkatan dianggap sudah seperti kata. Karena itu, dapat dipendekkan atau disingkatkan lagi ketika singkatan tersebut ditambah dengan unsure lain. Misalny, ABRI yang digabungkan dengan urutan kata masuk desa terbentuklah singkatan A.M.D yang kepanjangannya ABRI Masuk Desa yang maknanya, juga dalam kepanjangan itu sendiri.
2.13 Makna Bentuk yang Diplesetkan
            Akhir-akhir ini dalam penggunaan bahasa Indonesia, meskipun dalam situasi resmi, yakni gejala bentuk yang diplesetkan. Gejala bentuk yang diplesetkan menarik untuk dibicarakan, terutama dilihat dari segi makna, pesan yang disampaikan. Bentuk yang diplesetkan merupakan tindak kesewenang-wenangan pemakai bahasa untuk menggunakan lambing tertentu yang tentu saja ingin memaknakan sesuatu.
            Heryanto (1995:5) mengatakan :”… plesetan dapat digambarkan sebagai kegiatan berbahasa yang mengutamakan atau memanfaatkan secara maksimal pembentukan sebagai pernyataan dan aneka makna yang memungkinkan oleh sifat sewenang-wenang pada kaitan pertanda-makna-realitas empiric.” Seseorang yang menggunakan bentuk-bentuk plesetan pada awalnya menggunakan kata dan kalimat-kalimat yang wajar. Namun setelah pendengar terbuai oleh kata-kata yang direntetkan, tiba-tiba pembicara menyelipkan, mengubah, membuat kejutan, bahkan membuat pendengar tertawa dengan jalan menggunakan bentuk-bentuk yang diplesetkan yang tidak diduga sebelumnya oleh pendengar. Pendengar tertawa, kadang-kadang juga tersinggung, bahkan merasa dihina dengan adanya bentuk yang diplesetkan karena memahami maknanya.
            Dalam hubungan dengan istilah bentuk yang diplesetkan, Heryanto (1995:6-9) membagi bentuk yang diplesetkan atas tiga jenis. Jenis pertama, jenis plesetan untuk beplesetan itu sendiri. Pada jenis ini yang terjadi adalah kenikmatan bermain-main bahasa didalam bahasa itu sendiri tanpa mempedulikan kaitannya dengan dunia diluar bahasa. Heryanto memberikan contoh: air love yoe;… love  yoe sebelum berkembang.
            Untuk memahami urutan kata air love yoe, orang harus memahami bahasa inggris Rupanya kata air harus dihubungkan dengan I dalam bahasa inggris, sehingga urutan itu menjadi I love you. Timbul pertanyaan, apakah hubungan makna kata I dalam bahasa inggris dengan kata air dalam bahasa Indonesia? Rupanya pembicara hanya ingin bermain-main kata dalam bahasa itu sendiri.
            Berdasarkan contoh tersebut , terlihat bahwa pembicara tidak menghubungkan makna dengan dunia di luar bahasa. Si pembicara hanya bermain-main dalam bahasa. Makna yang disampaikan tidak ada, pembicara hanya melucu. Menurut Heryanto terdapat dua subkategori pada plesetan jenis pertama ini.
            Subkategori pertama, yakni plesetan yang menuntut kemahiran, mengundang tawa penonton dengan mendistorsi kata sehingga terbentuk kata-kata lain yang sebenarnya tidak mempunyai sangkut paut atau malahan tidak bermakna, tetapi kedengarannya lucu. Misalnya, kata kepala diplesetkan menjadi kelapa. Disini terlihat bahwa makna kepala berbeda dengan makna kata kelapa.
            Subkategori kedua, yakni sejumblah graffiti yang mendistorsikan istilah pribumi menjadi sedikit kebarat-baratan tanpa sepenuhnya melenyapkan unsure yang pri bumi itu. Contohnya : wheduz menjadi wedus (jawa:domba).
            Plesetan jenis kedua, yakni plesetan alternative, yakni pelesetan yang mengajukan sejumlah penalaran atau acuan alternative terhadap yang sudah atau sedang lazim dalam masyarakat. Pada plesetan jenis kedua ini terjadi penjegalan terhadap sesuatu yang sudah lazim. Misalnya : pepatah yang berbunyi tong kosong berbunyi nyaring, diplesetkan menjadi tong kosong berbunyi glondang, kata nyaring diplesetkan menjadi glondang. Disini tampak  bahwa pembicara hanya ingin melucu saja.
            Plesetan jenis kedua ini menurut Heryanto ada dua subkategorinya. Subkategori yang pertama, yakni sejumlah praktek berbahasa diantara para remaja yang biasa disebut bahasa prokem(jawa barat), walikan (jawa timur). Plesetan jenis prokem mengubah penanda, bukan makna atau hubungan referensial dengan realitas di luar bahasa.
            Subkategori kedua, yakni plesetan seperti yang tampak pada karya-karya atau teater Putu Jaya. Pada karya atau teater Putu Jaya, ia tidak sekedar memberikan lelucon-lelucon tetapi ia menampilkan persoalan-persoalan kehidupan masyarakat secara sunguh-sungguh. Dengan kata lain plesetan bukan untuk berpleset tetapi plesetan yang menggigit.
            Plesetan jenis ketiga, yakni plesetan oposisi karena ia memberikan nalar dan acuan yang secara konfrontati bertubrukan atau menjungkirbalikkan apa yang sudah atau sedang lazim dalam masyarakat. Plesetan jenis ini bukan sekedar menggantikan satu tanda makna dengan tanda atau makna lain, tetapi menjungkirbalikkan nilai perlawanan frontal terhadap tanda atau makna yang telah ada. Yang banyak menjadi sasaran plesetan jenis ini, yakni singkatan. Misalnya : Rumah sangat sederhana (RSS), diplesetkan menjadi rumah sangat sengsara.
            Plesetan oposisi tampak pula pada pepatah, misalnya, sedikit-sedikit, lama-lama jadi bukut; kata bukit diplesetkan menjadi habis.
            Plesetan merupakan gejala baru dalam penggunaan bahasa Indonesia. Plesetan berhubungan dengan perkembangan pemikiran pemakai bahasa untuk menyampaikan pikiran, perasaan, dan kemauannya.






BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Kata merupakan momen kebahasaan yang bersama-sama dalam kalimat menyampaikan pesan dalam suatu komunikasi. Kata berwujud dalam berbagai bentuk. Kebermacaman bentuk kata tersebut difokuskan dalam BI yang tentu saja berbeda sistemnya jika dibandingkan dengan bahasa lain didunia. Hal ini tidak mengherankan karena setiap bahasa mempunyai sistem.
3.2 Saran
Penulis telah berusaha semaksimal mungkin untuk menyusun makalah ini dengan sebaik-baiknya, namun apabila masih terdapat kekurangan dalam penulisan maupun isi dari makalah yang penulis susun. Penulis mengharapkan kritik dan saran dari pembaca. Dan saran penulis untuk pembaca adalah agar selalu berusaha untuk menghasilkan suatu karya yang memiliki makna.











DAFTAR PUSTAKA
Pateda, Mansoer, Prof.Dr., Semantik Leksikal. Jakarta: Rineka Cipta, 2001
Aminuddin, Drs. MPd., Semanti Pengantar Studi Tentang Makna. Malang: Sinar Baru Algensindo, 2011
Chaer, Abdul., Pengantar Semantik Bahasa Indonesia. Jakarta: Rineka Cipta, 2009
Daryanto, Sigit, S.S., Kamus Lengkap Bahasa Indonesia. Surabaya: Apollo. 1998

Tidak ada komentar:

Posting Komentar